Adakah korelasi antara harga saham di pasar dengan manajemen puncak sebuah emiten? Sepintas sepertinya tidak ada korelasi. Bagaimana mungkin seorang direktur utama di sebuah emiten bisa langsung mempengaruhi atau menyebabkan perubahan harga saham di pasar?
Mungkinkah sang direktur melakukan intervensi di pasar? Kalau memang mungkin begitu, berapa besar dana yang dibutuhkan untuk melakukan intervensi? Dengan logika seperti ini memang tampak bahwa tidak ada korelasi antara manajemen puncak dengan perubahan harga saham di pasar.
Namun, dalam banyak penelitian menyebutkan bahwa manajemen puncak di perusahaan memiliki korelasi yang kuat dengan perkembangan harga saham perusahaan di pasar. Manajemen puncak seringkali juga diartikan sebagai pola kepemimpinan (leadership) yang sedang terjadi dalam perusahaan tersebut.
Bentuk korelasi itu tidak bisa digambarkan seperti logika di atas, dimana seorang direktur utama melakukan intervensi di pasar. Manajemen yang baik tidak pernah dan tidak akan pernah melakukan perbuatan intervensi pasar seperti itu. Hal semacam itu selain tidak memenuhi etika mekanisme pasar yang wajar, juga tidak etis dan berpotensi melanggar peraturan pasar modal.
Korelasi yang dimaksud di atas bisa dijelaskan dengan pola logika yang sistematis. Begini, manajemen puncak dimanapun sangat menentukan arah dan perkembangan sebuah perusahaan atau emiten. Hitam putih dari perusahaan sebenarnya sangat tergantung pada reputasi, kepiawaian dan kehandalan manajemen puncak dalam mengendalikan perusahaan. Akan dibawa kemana perusahaan, tergantung pada visi dari manajemen puncak yang mengendalikannya.
Banyak contoh bisa disimak bagaimana nasib sebuah perusahaan yang pola manajemennya amburadul, tidak tertata dengan baik, acak-acakan, tidak menerapkan good corporate governance (GCG) dengan baik dan cenderung semaunya sendiri. Pola manajemen seperti ini hampir bisa dipastikan akan kontraproduktif bagi perusahaan, kinerja perusahaan turun dan menurunkan minat investor untuk membeli sahamnya di pasar. Akibatnya harga saham akan turun.
Sebaliknya manajemen puncak yang solid yang dipimpin seorang visioner dengan leadership yang baik akan menumbuhkan produktifitas perusahaan. Pada gilirannya hal seperti ini akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, menaikkan penjualan dan keuntungan perusahaan.
Nah, ujungnya harga saham di pasar juga akan kena imbasnya. Jika laba perusahaan naik, maka ada kemungkinan dividen yang dibagikan ke pemegang saham juga meningkat. Karena itu minat untuk membeli saham perusahaan juga meningkat dan akhirnya harga saham juga ikut meningkat.
Seorang investor sukses mengatakan jika investasi di saham, hal pertama yang harus dipertimbangkan adalah manajemen perusahaan, ke dua manajemen perusahaan dan ke tiga manajemen perusahaan. Begitu seterusnya sampai yang ke lima. Sama halnya dengan jika investasi di properti, pertimbangan pertama sampai dengan ke lima adalah lokasi, lokasi, lokasi, lokasi, dan lokasi.
Salah satu contoh, saat ini tengah terjadi pada sebuah emiten yang bergerak di bidang pertambangan. Emiten ini memiliki kinerja dan reputasi yang sangat baik. Dari tahun ke tahun kinerja keuangannya selalu mengalami kenaikan. Investor juga senantiasa menikmati dividen yang lumayan tinggi. Kini, karena manajemen puncak sedang ada problem, imbasnya mengena pada harga saham.
Harga sahamnya terus mengalami penurunan yang cukup signifikan. Meskipun penurunan harga saham itu dipengaruhi banyak faktor, tapi faktor harmonisasi di tingkat menajemen ini dipandang sebagai salah satu faktor dominan.
Jika ditelisik lebih jauh akan ditemukan banyak sekali contoh emiten yang harga sahamnya naik stabil dari tahun ke tahun lantaran manajemen puncaknya bagus. Sebaliknya, ada juga deretan contoh emiten yang harga sahamnya stagnan, bahkan menjadi saham tidur (sleeping stock) lantaran manajemen puncaknya tidak bisa mengendalikan perusahaan dengan baik. (Tim BEI)
(//ade)
Sumber: http://economy.okezone.com/read/2011/08/22/226/494681/manajemen-puncak
0 komentar:
Posting Komentar