Oleh: Dr. Erfi Prafiantini, M.Kes, dkk
Usia 0-2 tahun merupakan periode kehidupan di mana sel-sel otak tumbuh sangat cepat. Seperti kita ketahui otak bertanggungjawab terhadap kecerdasan anak. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita sangat peduli terhadap faktor yang memengaruhi pertumbuhan sel-sel otak. Salah satunya faktornya adalah nutrisi atau zat gizi. Dalam masa ini, pola makan harus benar-benar diperhatikan sehingga kebutuhan gizi anak terpenuhi.
Dengan pola makan gizi seimbang, tumbuh kembang bayi dan anak akan optimal. Diawali dengan pola pemberian ASI yang tepat, ASI eksklusif 0-6 bulan kemudian pemilihan menu dam penyajian MP-ASI hingga usia 2 tahun dan tetap mengacu pada prinsip makanan bergizi seimbang dalam memilihkan menu untuk buah hati setelah usia 2 tahun.
Masalah anak sulit makan kerapkali kita temui di masyarakat. Memberi makan pada anak memang memerlukan kesabaran dan kreativitas dalam memilih menu dan menyajikannya. Sebenarnya gejala anak sulit makan terjadi saat anak mulai belajar makan sendiri, beberapa ibu mengatakan ketika disuapi anak makan dengan lahap, namun saat belajar makan sendiri anak menjadi malas mengunyah. Hal ini kerap terjadi pada usia 9-18 bulan. Cara mengatasi masalah ini salah satunya dengan melatih anak makan secara teratur, tiga kali sehari dengan porsi yang cukup (tidak banyak) atau memilih tekstur makanan yang mudah dikunyah dan ditelan dengan tetap memerhatikan kebutuhan makro dan mikronutrien. Terutama untuk anak usia < 2 tahun dapat diberikan menu bubur beras.
Bubur beras dipilih karena merupakan makanan pokok yang biasa dikonsumsi dan mudah didapatkan, mudah divariasikan dengan bahan makanan lain sumber protein hewani dan nabati (daging, ikan, telur, tempe, tahu dan sebagainya), dan sumber serat (sayuran). Selain itu, bubur beras dapat difortifikasi dengan mikronutrien tanpa memengaruhi rasa sehingga dapat diberikan kepada bayi dan balita dengan defisiensi mikronutrien tertentu.
Beras dan sumber makanan lain yang berasal dari golongan cereals dan legumes diketahui mengandung asam fitat yang dapat memengaruhi absorpsi dan bioavaibilitas zat mikronutrien seperti besi, kalsium, dan seng, serta antitripsin yang menghambat proses pencernaan protein. Asam fitat dapat dihilangkan dengan perendaman 12-24 jam. Menurut penelitian Umeta , dkk pada tahun 2000, perebusan/ pengukusan antitripsin dapat dihilangkan dengan teknik pemasakkan perlahan (slow-cooking). Tekstur bubur disesuaikan dengan usia anak, jika dibawah usia 1 tahun dapat diberikan bubur halus kemudian meningkat hingga bubur kasar seiring dengan bertambahnya usia.
Kegiatan yang kami lakukan dalam program pengabdian masyarakat kali ini dengan mitra kader dan posyandu untuk menjaring balita gizi kurang. Diharapkan ibu-ibu kader dapat melatih dan mengajarkan ibu-ibu yang memiliki balita dengan gizi kurang dapat membuat bubur beras dengan prinsip bergizi seimbang dan menu yang bervariasi setiap harinya. Ibu balita dibagi dalam 2 kelompok, kelompok ibu dengan anak usia < 2 tahun dan kelompok ibu dengan usia anak >2 hingga 5 tahun.
Kegiatan pembinaan berlangsung selama 2 bulan dan diperoleh hasil pada anak usia 0-2 tahun penambahan berat badannya sekitar 0,6 kg dan anak usia >2 hingga 5 tahun penambahan berat badan 1,7 kg. Apabila dalam 2 bulan berturut-turut tidak terjadi penambahan berat badan anak maka berarti pertumbuhan anak terganggu. Menurut WHO, pertambahan berat badan anak usia >2 tahun hingga 5 tahun rata-rata 2-2,5 kg/tahun sehingga penambahan 1,7 kg dalam 2 bulan terhitung cukup besar. Namun penambahan berat badan harus diimbangi dengan eksplorasi aktifitas fisik sehingga anak tetap sehat dan bugar tanpa menjadi obes, misalnya dengan permainan berlari, melompat dan sebagainya.
Prinsipnya pada anak sehat, usia bertambah, berat badan bertambah dan diimbangi dengan peningkatan panjang atau tinggi badan. Ibu dapat memantau pertumbuhan anak secara berkala melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). Oleh karena itu setiap bulan anak harus ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi badannya.
Hal menarik dari studi yang kami lakukan di masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Koja Jakarta Utara, pemberian makanan berbahan baku bubur beras dengan rata-rata asupan kalori harian 360 kkal/hari selama 1 bulan, 10 anak dengan status gizi kurang usia 6 bulan – 2 tahun (baduta) mengalami kenaikan berat badan yaitu 0,58 kg/bulan. Kenaikan berat badan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata kenaikkan berat badan baduta yang diberikan PMT berupa susu atau biskuit (550-650 kkal/hari), yang rata-rata hanya sekitar 0,35 kg/bulan.
Tentang Penulis |
Artikel adalah kontribusi dari Dr. Erfi Prafiantini, M.Kes, Aryo Tedjo, Ssi, M.Si, Fadilah, Ssi, MSi, DR. Ade Arsianti. Mereka adalah staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kegiatan dalam artikel ini merupakan bagian dari Program Pengabdian Masyarakat DIKTI 2013. |
Artikel/konsultasi terkait:
0 komentar:
Posting Komentar