• Home
  • Edit
  • Belajar Menghargai Uang, Bukan di Sekolah Tempatnya ~ Berbagi Info

    Rabu, 14 Mei 2014

    Belajar Menghargai Uang, Bukan di Sekolah Tempatnya

    Cobalah renungkan sejumlah pertanyaan ini. Seringkah kita merasa anak-anak kita terlalu banyak meminta? Atau justru sebaliknya, apakah kita terlalu sering membelikan sesuatu untuk anak tanpa perencanaan?

    Kemudian, pernahkah kita mengamati anak-anak kita kurang menghargai mainan koleksinya? Apakah anak kita sering tidak menghabiskan makanannya? Atau justru terlalu sering jajan? Egoiskah anak-anak kita berbagi barang dengan orang lain?

    Jika lebih dari separuh pertanyaan di atas kita jawab “YA”. Maka, ini pertanda saatnya mengenalkan nilai (value) uang kepada anak-anak.

    Dari pengalaman pribadi mendidik anak, saya bukan tipikal orang tua yang memilih teriak-teriak ketika ingin marah. Saya berusaha sebaik mungkin di posisi netral dalam keadaan apapun. Tentu ini bagian tersulit saat menjadi orang tua. Butuh latihan ekstra dan kerajinan mengunjungi “toko sabar”.

    Suatu hari, anak sulung saya ketika itu berusia 5 tahun, lama sekali menghabiskan sarapannya. Hingga mobil jemputan sekolahnya datang, dia belum selesai. Ini jarang terjadi.

    Begitu cek dan ricek, rupanya saya menemukan tomat dalam makanannya. Hari itu pertama kali saya tahu bahwa anak saya tidak menyukai tomat. Singkat cerita, sarapan molor dan mobil jemputan meninggalkannya di rumah.

    Dia mulai merengek. Saya langsung ambil keputusan untuk mengantarkannya ke sekolah hari itu.

    Sebenarnya saya punya rencana lain. Di mobil, kami berbincang, seperti biasanya. Saya menanyakan kenapa dia tidak suka tomat. Kenapa dia mulai memilih-milih makanan dan sejumlah pertanyaan lain. 

    Jawabannya cukup membuat saya stress. Intinya, dia memilih makanan berdasarkan selera. Saya kurang bisa bertoleransi dengan hal itu.

    Pada persimpangan jalan yang ramai, saya menepikan mobil. Saya suruh anak saya mengganti baju seragamnya. Saya ajak dia turun ke jalan. Saya kenalkan dengan pengamen, tukang loper koran, pedagang asongan, dan anak-anak jalanan yang lain.

    Setelah itu saya biarkan dia berkomunikasi dan bergabung dengan anak jalanan selama hampir setengah jam. Saya suruh anak saya sendiri mengamen di jalan. Sadis? Ya !

    Setelah itu kami kembali ke rumah. Di mobil saya diam. Sedih. Marah. Malu. Merasa bersalah. Beragam perasaan campur aduk.

    Tiba di rumah, saya kembali ajak dia diskusi. Saya tanyakan pendapatnya tentang anak jalanan. Saya tanyakan rasanya mencari uang dengan cara mereka. Saya pancing dia bercerita sebanyak-banyaknya tentang kejadian yang baru dialami.

    Ajaib, dalam seketika anak saya mengerti tentang menghargai uang. Mengerti bahwa di jalan, ada anak-anak yang susah makan. Banyak jawaban lain yang membuat saya terharu.

    Sekarang, anak sulung saya sudah berusia 8 tahun. Saya melihat dampak pelajaran hari itu begitu luar biasa. Dia tidak lagi menjadi pemilih makanan, mau berbagi dengan orang lain, dan banyak hal-hal positif yang berkaitan dengan pemahamannya tentang menghargai uang.

    Anak saya bahkan punya rekening sendiri dan pernah bekerja part time di kantin sekolahnya tanpa sepengetahuan saya. Saya sangat bangga padanya. Lebih penting lagi, saya benar-benar tidak ingat kapan dia terakhir ketinggalan mobil jemputan.

    Jadi, jangan pernah menunda mengajarkan tentang menghargai uang kepada anak-anak kita. Anak-anak yang tidak diajarkan tentang menghargai uang akan cenderung menjadi pribadi yang boros, konsumtif, berpotensi terjebak utang kartu kredit, dan lain-lain. Apalagi, tentu kita tidak ingin anak tumbuh menjadi orang yang menghalalkan korupsi atau berbuat kejahatan demi memenuhi hasrat konsumsinya.

    Jika kita menghendaki pensiun yang tenang, anak-anak yang berhasil secara karir dan keuangan, kenalkan sedini mungkin tentang menghargai uang kepada mereka. Mereka yang akan menentukan kita tetap kaya atau jatuh miskin di masa depan.

    Selamat mengajar ...

    Aakar Abyasa Fidzuno
    Perencana Keuangan Zelts Consulting

    sumber: https://id.berita.yahoo.com/belajar-menghargai-uang--bukan-di-sekolah-tempatnya-070802748.html

    0 komentar:

    Posting Komentar